Panembahan Adining Kusuma (Panembahan Ratu II) yang merupakan keturunan Kanjeng Sunan Gunung Jati ke - 6 tetapi menjadi Raja Cirebon ke - 3 sejak tahun 1649 - 1662 Masehi. Beliau memiliki putra putri diantaranya yang menonjol namanya yaitu P.Martawijaya , P. Kartawijaya dan P. Wangsakerta.

Menurut satu versi para putra ini memiliki ibu permaisuri yang sama yaitu putri Susuhunan Hamangkurat I (Amangkurat I) Kerajaan Mataram Islam,Namun juga ada dari versi lain yang mengatakan kalau ketiganya memiliki ibu permaisuri yang berbeda.
Karena Panembahan Ratu II bersama P. Martawijaya dan P. Kartawijaya pergi ke Keraton Mataram Islam yang berada di Plered Jogjakarta, jadi untuk sementara P. Wangsakerta ditunjuk sebagai pejabat sementara untuk menggantikan ayahnya yang sedang berada di Keraton Pakungwati Cirebon.
Saat Panembahan Ratu II wafat dan dimakamkan di Astana Girilaya Jogjakarta, kedua putranya (P.Martawijaya dan P.Kartawijaya) tetap tinggal di Keraton Mataram Islam sampai terjadinya penyerbuan ke Keraton Plered Jogjakarta oleh P. Trunojoyo (pernah menjadi menantu Susuhunan Amangkurat I) tahun 1677 Masehi,dan penyerbuan ini menyebabkan Susuhunan keluar dari keraton menyelamatkan diri ke arah Banyumas dan wafat di Tegal.
Sehingga kedua Pangeran dari Cirebon sempat diamankan oleh pasukan Trunojoyo dan dibawa ke markasnya di daerah Blitar dan Kediri setelah mendapat kabar buruk tentang kedua kakaknya,maka P.Wangsakerta menemui Sultan Banten Sultan Ageng Tirtayasa untuk membantu dan menjembatani kepada Trunojoyo agar kedua pangeran Cirebon tersebut dikembalikan ke Cirebon.
Akhirnya pasukan Kesultanan Banten dan P. Wangsakerta segera menjemput kedua pangeran dan langsung membawanya ke Banten untuk menemui Sultan Ageng Tirtayasa yang masih merasa sebagai kerabat sesama keturunan Kanjeng Sunan Gunung Jati.
Dari hasil yang telah Sesuai dengan kesepakatan dan hasil dari musyawarah keluarga Cirebon dan Sultan Ageng Tirtayasa maka kedua pangeran akan dinobatkan sebagai Sultan dengan pembagian P.Martawijaya menempati Keraton Pakungwati (kemudian disebut Keraton Kasepuhan) dan P.Kartawijaya menempati area tanah tua (cikal bakal Caruban Nagari, dimana menjadi rumah kediaman Ki Gede Alang-Alang/Ki Danuwarsih, P. Walangsungsang/Mbah Kuwu, Ratu Mas Rara Santang (Ibunda Kanjeng Sunan Gunung Jati), Kanjeng Sunan Gunung Jati bersama keluarga dan para sesepuh lainnya.
Pada masa awal berdirinya Caruban Nagari yang saat ini disebut area Bangsal Witana didalam komplek Keraton Kanoman,
Pada tahun 1678 dimulai pembangunan beberapa bangunan lain di area Bangsal Witana meskipun saat itu sudah ada bangunan lain yang dibangun sebagai kediaman Ratu Mas Rara Santang bersama Kanjeng Sunan Gunung Jati yaitu Gedong Pulantara.
Dan bangunan yang dibangun oleh Panembahan Ratu I (Pangeran Emas Zainul Arifin) Raja Cirebon ke - 2 (bertahta tahun 1570-1649) yaitu Ruang Prabayaksa Mande Mastaka dan Pendopo Jinem Keraton Kanoman pada tahun 1588 Masehi, Selain itu Langgar Alit didepan Pendopo Jinem pun dibangun tahun 1510 Masehi oleh Pangeran Sebalingkin (sebelum diangkat menjadi Sultan Banten pertama tahun 1552 Masehi) , Lawang Si Blawong dan Siti Hinggil pun diketahui telah ada bangunannya sejak masa Prabu Detya Maha Raja Sri Jayabupati (bertahta tahun 1030-1042 Masehi sebagai Maha Raja Galuh - Sunda).
(RED.Koran Cirebon)
Post A Comment: